PERTAMA dipercaya menjadi news anchor di Metro TV, Rory Asyari ditugaskan memandu acara yang tayang dini hari.
Pengalaman bersifat ongoing. Terus bertambah seiring berjalannya waktu. Sementara menjadi seseorang, menurut Rory, bukan mengarah pada popularitas. Melainkan achievement. "Achievement di sini maksudnya pada usia berapa saya menjadi apa? Apakah pencapaian ini bisa dibanggakan pada usia saya? Kalau jadi anchor atau presenter di usia 40, menurut saya itu bukan achievement. Menurut saya di usia 40 tahun, seharusnya pencapaian saya lebih dari itu," Rory berpendapat.
Ia menargetkan, sebelum umur 30 tahun ingin sekolah lagi ke Inggris atau Amerika. Target lain, ingin memperbaiki kemampuan berbahasa asing. Dalam jangka panjang, ia ingin menjadi news anchor stasiun televisi internasional. Kiblat Rory adalah Anderson Cooper (dari segi penampilan), Christiane Amanpour (untuk jaringannya yang luas), dan Larry King (untuk ketajaman pertanyaan terhadap para narasumber). Semua mimpi itu dimulai dari sejak kali pertama ia mencari berita di Metro TV.
Kali pertama Rory menyampaikan laporan langsung, saat terjadi insiden kecelakaan kapal di Tanjung Priok pada 2011. Tidak ada korban jiwa. Tantangannya, mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dalam waktu terbatas untuk disiarkan kepada pemirsa. Pada saat yang sama, ia harus memiliki empati kepada korban sekaligus mengonfirmasi kepada pihak terkait. Data yang valid adalah harga mati.
Lalu kesempatan yang dinanti datang. Ia diminta memperkuat jajaran anchor dengan memandu Headline News. Muncul di jam 2, 3, dan 4 dini hari. "Saya menyebutnya headline kuburan karena pada jam itu sepi penonton. Yang menyaksikan pada jam dini hari bisa jadi baru pulang clubbing atau susah tidur. Dan itu disiarkan live. Saya menikmati rasanya menjadi zombie," ujarnya.
APA seninya siaran langsung jam 2 dini hari? Ini pengalamamn Rory Asyari, pemandu acara Headline News Metro TV.
Pada jam-jam itu, di negara Barat masih siang atau jelang sore. Materi berita luar negeri melimpah. Peluang terbesar Rory Asyari pada jam itu memperoleh berita pertama soal lengsernya Hosni Mubarak di Mesir, melansir dari Reuters dan kanal berita internasional lain. Lebih daripada itu, Headline News dini hari mengajarnya menjadi lebih tahu diri.
"Jadi tahu diri, bahwa untuk melompat lebih tinggi, saya harus memulainya dari bawah. Datang ke kantor jam 11 (malam, karena tim makeup pulang jam 12 malam). Setelah itu siaran Headline News. Sampai di kos, tidur jam 5 pagi. Jam 12 siang bangun untuk liputan mulai jam 13 sampai jam 21. Setelah 2,5 bulan, barulah saya tampil di Metro Malam," urai Putra Solo 2006, yang gemar mengunjungi museum in. Ia berprinsip, orang yang berpikiran maju tidak akan melupakan sejarah dan masa lalu.
Tantangan terberat berikutnya, melanjutkan program 8-11 Show yang dirintis Prabu Revolusi, Tommy Tjokro, dan Marissa Anita. Kehadiran Rory awalnya mengejutkan pemirsa. Rory tidak ingin dibayang-bayangi Prabu dan Tommy. Ia menggores warna baru di 8-11 Show. Bukan sekadar program bergembira sembari memulai hari. Ia ingin 8-11 Show memiliki dampak kepada pemirsa.
Caranya, mengajak pemirsa berdiskusi soal kebijakan publik, kriminal, harga kebutuhan pokok dalam diskusi relaks. Membingkai isu yang ingin dilihat khalayak. Sampai di sini, Rory belum puas. Ia ingin identik dengan program yang dibawakan. Tidak mau terlena di bawah sorot lampu. Tidak mau meringkuk di balik setelan jas dan dasi berikut gelar glamor.
"Saya tidak bisa menyalahkan padangan publik bahwa news anchor profesi glamor. Faktanya, we are on the spotlight. Saya tidak boleh terbuai. Kadang ada yang mengincar profesi ini untuk meraih popularitas. Tampil di layar. Motif ini menurut saya penyakit. Begitu motif terpenuhi, biasanya mereka terjebak di zona nyaman. Merasa sudah sampai di tujuan," Rory mengakhiri perbincangan
Sebagai Admin BaG , Saya Telah:
•
No leecher | • No OOT | • No Junk |• No Kata "KOTOR" •
My Facebook | Click Here